Namaku agung, umurku 17 tahun. Saat ini liburan dan aku sedang menginap dirumah bibiku yang ada di desa.
Karena suasannya yang masih alami dan banyak hutan serta pepohonan jadinya udara agak sejuk dibandingkan pangkalpinang tempatku tinggal.
Aku baru dua hari ditempat ini dan langsung merasa betah soalnya waktu kemarin aku diajak sepupuku zaldi yang seumuran denganku mandi, aku kira ke kamar mandi nggak taunya mandinya di sungai yang terletak agak masuk ke dalam hutan.
Secara aku yang belum pernah mandi di sungai apalagi yang ada dalam hutan jadinya merasa agak takut. Tapi zaldi meyakinkan aku kalau sungai itu aman.
Ada beberapa orang yang mandi disungai yang semula aku kira sungai besar namun ternyata hanya sebuah sungai kecil yang dangkal namun airnya sangat jernih. Kalian tau apa yang aku suka… ternyata di sungai itu banyak yang mandi dan semuanya cowok, ada yang sudah dewasa dan ada yang sepantaran. Dan satu lagi yang aku sukai banyak yang mandi hanya memakai celana dalam saja.
Jadilah acara yang paling aku tunggu selama aku di desa ini adalah “mandi”.
Hari ini di episode mandiku yang ke tiga disungai yang sama.
Tanpa sengaja mataku melihat seorang yang sebaya aku wajahnya sangat ganteng untuk ukuran kampung. Yang lebih menyenangkan lagi tubuhnya yang kekar dan mulus itu hanya tertutup sehelai celana dalam biru muda yang kusam.
Aku pura pura tak acuh karena saat itu ada zaldi, aku tak mau sepupuku itu tau kalau aku ini seorang penyuka sejenis, soalnya kalau ia tau bisa bisa ia takut tidur sama aku nanti malam. Aku pura pura berendam sambil menyabuni badanku padahal diam diam aku melirik ke arah si cakep bercelana dalam.
Hari sudah agak gelap karena sore, disungai ini ada enam orang termasuk aku, dua orang kelihatannya sudah selesai mandi. Jadi tinggal kami berempat, si ganteng dan temannya juga aku dan zaldi. Sebenarnya aku mau kenalan sama si ganteng tapi aku malu. Tak disangka ia yang menegurku duluan.
“sepertinya nggak pernah liat ya…”
“dia sepupuku dari pangkalpinang namanya agung… dia memang baru kali ini main ke kampung kita, nanti malam kalian ngumpul dimana fai?”
Zaldi yang menjawab, tadi aku dengar ia menyebutkan nama ‘fai’ apakah si ganteng itu bernama rifai. Di kampung kan biasa nama yang seperti itu. Aku tentu saja tak mau menanyakannya sama zaldi, aku tak mau ia curiga.
“kalau gitu kenalan dulu, aku faisal..nama kamu siapa..?”
Alamak…. si ganteng itu mengajak aku kenalan, tanpa ragu aku langsung mengulurkan tanganku. Setengah mati aku menahan agar mataku yang sukar diajak kerjasama ini agar tak terlalu sering melirik ke bawah pada bagian jendolan depan celana dalam faisal.
“agung..kan tadi zaldi udah bilang..”
Aku sengaja memainkan jari telunjukku di telapak tangan faisal dengan nekat. Ternyata faisal Cuma senyum saja. Mungkin ia tak mengerti maksudnya, maklumlah disini kampung, jadi rada kurang gaul dan banyak yang polos.. dalam artian tingkahnya maksudku.
Zaldi mengajak aku pulang karena ia sudah selesai. Padahal aku lagi pura pura sibuk mengeringkan badan dengan handukku sambil mataku liar mencuri curi lihat si faisal yang sedang melilit pinggangnya dengan handuk lalu memperosotkan celana dalamnya yang basah. Aku cegukan menelan ludah membayangkan tubuh polos di balik handuk itu. Sempat faisal memergokiku dan ia hanya tersenyum saja. aku langsung menoleh kearah lain seolah tak sedang melihatnya, padahal dalam hatiku agak malu juga.
Dengan hati tak iklas aku menyeret kaki untuk ikut pulang bersama zaldi padahal pikiranku masih tertinggal di sungai.
Sepanjang jalan otakku merancang bagaimana caranya agar aku dapat berjumpa lagi dengan si ganteng faisal tanpa membuat zaldi curiga. Aku jadi ingin tau banyak tentang faisal… siapa nama lengkapnya, umurnya berapa, sekolah dimana, rumahnya dimana, hobinya apa, zodiaknya, siapa ceweknya… tidaaaaaaaaaaaaak… :@ dia tak boleh pacaran, kan ada aku…!!!!
Pertemuan kedua ternyata malam itu juga, tak kusangka dia yang datang kerumah, aku nyaris tak percaya melihat dia datang. Rasanya aku mau menabur beras kunyit sambil menarikan tari sambut sekapur sirih saking senangnya. Hatiku bernyanyi indah.
Aku mengerenyit mengamati Faisal memakai baju kaus hitam kusam tanpa lengan dan celana jeans yang di potong selutut. Hmmm….. Tak apalah yang penting muka dan bodinya benar benar mengalahkan ardi teman sekelasku yang jago basket dan hobi olahraga. Namanya juga anak desa mana tau sama mode.
Zaldy mengambil gitar dikamarnya sedangkan aku menunggu bareng pujaan hati sambil duduk di bangku kayu dibawah pohon kamboja udah kayak kuntilanak aja……. dalam hati aku berharap zaldy lupa naruh gitarnya dimana jadi aku bisa agak lama berdua saja bareng faisal. Saat zaldy datang dengan gitarnya sambil tersenyum lebar rasanya aku melihat senyum paling jelek sedunia itu senyumnya zaldy.
Malam itu kami nyanyi nyanyi sambil main gitar, tentu saja karena aku berasal dari kota dan sering ikut festival band, permainan gitarku jadi lebih mahir, kan aku sempat kursus gitar juga… mana mungkin otodidak bisa ngalahin aku. Dan malam ini pun sukses aku memukau zaldy dan faisal, mereka meminta aku memainkan beberapa lagu yang mereka sukai tapi tak kuasai dan kebetulan bagiku lagu ini ibarat lagu pelangi pelangi, lihat kebunku atau topi saya bundar yang sambil memejamkan matapun bisa memainkannya dengan lancar, jari jariku bergerak memainkan senar senar dengan notasi notasi melalui cabikan cabikan dan betotan betotan, kunci kunci dari A B Cminor Gmayor hingga Bes menor ,hihihi………..membuat zaldy dan faisal makin penasaran. Akhirnya faisal bilang kalau ia ingin aku mengajarinya main gitar dengan melodi.
Aku sih senang senang aja karena memang itu adalah tujuan utamaku, jadi aku ada alasan untuk sering sering ketemu dengan pangeranku.
Hari berikutnya faisal mengajak aku ke kebunnya, tanpa berpikir panjang aku menerima tawaran faisal dengan bahagia, alangkah senangnya ke kebun berdua dengan seseorang yang disukai. Aku naik keatas motor bebek hitam keluaran tahun 90 an yang sudah agak kusam duduk diboncengan faisal.
“peluk aja pinggangku gung, jalannya jelek nanti kamu jatuh…”
Tawaran yang tak mungkin aku lewatkan, langsung saja tangan ku melingkari pinggang keras faisal. Telapak tanganku mendarat diperutnya yang rata. Jalan yang bergelombang seakan anugerah yang aku sukuri yang membuat aku dengan leluasa menempelkan pipiku ke punggung kokoh faisal dan menyerap keringatnya yang berbau lembut dan jantan. Jiwaku serasa diawang awang.
Sampai di kebun kami berjalan menuju ke pondok kecil namun terlihat teduh ciri khas pondok kebun. Faisal mengambil parang di balik dinding kulit kayu lalu berjalan keluar.
“memangnya kamu selalu berkebun ya..?”
Aku penasaran sekali kalau berkebun kok faisal nggak terlalu hitam meskipun juga ia tak bisa di bilang putih.
“nggak juga kok, aku kan biasanya sekolah, Cuma kalau liburan ya kadang aku ke kebun bantu ayah. Aku Cuma mau ngajak kamu bersantai disini, soalnya disini kan suasananya tenang..”
Jawab faisal sambil berjalan menuju ke rumpun ubi jalar. Ia mencabut beberapa umbi lalu mengumpulkannya. Setelah dirasanya cukup ia mengumpulkan kayu bakar dan membuat api unggun, rupanya api itu untuk memanggang ubi jalar itu.
Aku baru tau ternyata memanggang ubi adalah kegiatan yang paling asik diseluruh dunia, dengan catatan bersama dengan seseorang yang sangat kamu sukai.
Kami makan ubi bakar, ternyata rasanya enak juga, manis dan empuk. Aku jadi membayangkan bagaimana rasanya faisal, yang pastinya lebih enak lah dari ubi ini.
“kita mandi yuk gung, gerah sekali..”
Ini yang aku tunggu tunggu, diajak mandi artinya aku akan melihat lagi tubuh sang idaman. Tanpa membuang waktu lagi aku ikuti faisal berjalan menyusuri jalan setapak bersemak liar menuju ke sungai kecil di kebunnya.
Faisal membuka bajunya seperti biasa ia mandi hanya memakai celana dalam. Indah sekali tubuh faisal, begitu kekar dan padat. Ketiaknya berbulu lebat demikian juga dengan daerah di bawah pusarnya ada segaris bulu yang tumbuh teratur menghilang di balik celana dalamnya.
“tunggu apalagi gung, buka baju kamu kita berendam disungai ini enak kok airnya sejuk..”
Ujar faisal yang sudah turun duluan. Akhirnya aku pun membuka baju hingga tinggal celana dalam saja. setelah itu aku turun ke sungai. Aku berenang renang kecil mendekat ke faisal.
“badan kamu ternyata mulus sekali ya gung, sangat putih… cewek disini aja susah nyarinya yang semulus kamu..”
Telingaku mekar sejadi jadinya mendengar apa yang dikatakan faisal barusan.
“kamu bisa aja fai, tubuh kamu juga bagus… sangat jantan, aku jadi penasaran seberapa besar kejantanan kamu…”
Aku mulai nekat, biarlah…. aku sudah tak tahan lagi memendam rasa ini, andaikan faisal marah yang penting aku sudah berusaha. Namun ternyata faisal tak marah malah tanpa aku duga ia justru menurunkan celana dalamnya di hadapanku hingga benda sebesar ketimun mengkal yang menjuntai indah tepat ditengah selangkangannya itu terpapar dengan megahnya di depan mataku. Bulu bulu yang tebal dan ikal membingkai hitam disekeliling area yang paling rahasia itu.
“bagaimana menurut kamu?”
Tanya faisal tanpa malu malu. Aku nyaris tak dapat bicara karena shock tak menduga bakalan melihat hal ini secepat ini.
“kok malah bengong, aku mau lihat punya kamu juga dong, mana yang lebih gede…”
Faisal berkata seolah itu hal yang lumrah, apakah memang di kampung kalau melihat kontol teman memang hal biasa yang sangat mudah, aku jadi menyesal kenapa tak dilahirkan dikampung saja.
“boleh aku pegang..?”
Tanyaku dengan nekat.
“buat apa, kamu nggak geli?”
Faisal heran, mungkin ia bingung kenapa aku mau memegang kontolnya.
“nggak boleh, ya udah nggak apa apa..”
Kataku agak kecewa. Faisal menatapku lekat lekat, aku sengaja agak cemberut.
“kamu marah ya…?”
Tanya faisal. Aku tak menjawab.
“boleh kok kalau memang kamu mau memegangnya, Cuma aku agak heran saja soalnya kan belum ada yang minta megang penis aku sebelumnya..”
Oh my god jawaban cemerlang yang membuat semangat ku bangkit diatas seratus derajat celcius. Oke nak saatnya pelajaran dimulai.
“bener nih..kamu nggak keberatan..?”
Aku langsung memegang benda yang masih layu itu dengan penuh penghayatan. Benda yang terasa agak hangat dan empuk itu perlahan mulai bangkit dan mengeras karena aku sengaja mengocoknya lembut.
“jangan dikocok nanti bangun..”
Wajah faisal memerah karena panik dan malu.
“tak apa apa kok, biarin saja dia bangun, sudah tanggung juga.”
Kata kataku mengalir dengan lancar. Selancar kontol faisal yang menjadi tegan sempurna di genggamanku.
“nggak apa apa kan aku keluarin sperma kamu..”
Kataku sambil jongkok dan mengocok kontol itu dengan teratur. Faisal tak menjawab namun ia mengangguk sambil memejamkan matanya, mungkin ia masih mau menenangkan diri karena tak menyangka hal ini kan terjadi. Memang ternyata anak kampung masih polos, jadi hal yang beginian kurang memahami.
“kita ke pondok saja, takutnya nanti ada yang mandi kesini dan liat kita..”
Aku nyaris bersujud sukur mendengarnya, rupanya faisal terangasang juga. Ia pasti penasaran karena aku telah memainkan birahinya.biasanya kan pemuda seusia kami memang masih penasaran dan ingin tahu banyak apalagi yang berhubungan dengan sesuatu yang enak enak.
Kami keluar dari sungai lalu berpakaian dan kembali ke pondok. Sampai di pondok aku langsung mengunci pintunya tanpa menunggu persetujuan sang pemilik pondok, soalnya kelamaan kalau mau nanya dulu sedangkan jawabannya aku sudah tau.
Aku tuntun faisal yang masih penasaran keatas balai balai dan aku perosotkan celananya. Ternyata kontolnya masih tegang juga.
“ternyata kamu memang perkasa, dari tadi nggak layu juga punya kamu..”
Aku memuji faisal. Ia tersenyum bangga.
“pejamkan mata kamu aku akan membuat kamu merasakan sesuatu yang belum pernah kamu rasakan, pokoknya aku jamin kamu akan ketagihan.
Faisal baru mau membuka mulutnya untuk bertanya namun aku langsung menggeleng dengan tegas. Seolah anak yang disuruh oleh gurunya, faisal langsung patuh dan memejamkan matanya.
Aku pegangi benda keras dan tumpul seukuran lengan anak kecil itu lalu aku merunduk perlahan kearahnya. Dengan lembut aku masukkan dalam mulutku. mata faisal langsung terbuka dan terbelalak. Ia berusaha menarik pantatnya menjauh dari mulutku namun dengan sigap aku menarik lagi pantatnya dengan kedua tanganku hingga seluruh kontolnya terbenam masuk mulutku. Faisal langsung mendesis. Dengan gerakan yang teratur aku mengulum kontol faisal maju mundur keluar masuk, aku bahkan dengan tanpa rasa jijik sedikitpun menjilati bagian lubang kencingnya hingga tubuh faisal mengejang berkali kali.
Faisal yang nampaknya sudah dapat menikmatinya hanya bisa pasrah menerima setiap serangan dariku, serangan yang memabukan. Aku tahu malaikat penjagaku saat ini sedang menangis. Dan iblis sedang tertawa. Persetan dengan mereka, yang penting malaikat yang kontolnya saat ini aku muluti tidak menangis. Aku juga harus berterimakasih pada iblis yang telah memudahkan jalanku untuk mendapatkan faisal, kalau bukan atas usaha iblis yang merayu hati faisal mungkin saat ini aku sudah kena bogem sama faisal.
Lama lama rasanya mulutku agak capek juga, faisal belum juga menembakkan air maninya, padahal rasanya aku sudah sepuluh menitan mengemuti kontolnya, sepertinya aku harus pakai cara yang lain agar ia bisa keluar.
Aku suruh faisal berbaring ia menurut, kontolnya jadi mengacung tegak bagaikan tugu yang kokoh perkasa. Ijinkan aku duduki tugu itu untuk menguasainya dengan merdeka. Hihihi
Faisal diam saja mengamati aku yang sedang melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuhku, hingga akhirnya aku benar benar bugil, entah kenapa tiba tiba faisal juga membuka bajunya lalu menurunkan celananya yang tadi aku turunkan sebatas paha hingga kini ia bugil juga tanpa ada sehelai benangpun yang melekat ditubuhnya, maaf soal benang aku juga tidak yakin ada atau tidaknya soalnya aku belum sempat memeriksanya, yang aku pikirkan bukan masalah benang, itu tak penting.. aku mau segera menduduki kawasan yang ada tugu agar dapat menguasai hati faisal.
Aku kulum lagi kontol faisal agar jadi basah dan licin lalu dengan perlahan aku mengatur posisi duduk diatas kontolnya mengarahkannya tepat pada lubang pantatku. Faisal masih diam mengamatiku dengan penasaran. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini aku juga tak tau tapi yang pasti faisal tak banyak protes.
Aku menggigit bibir saat kepala kontol yang lumayan besar itu mulai membuka celah keperawananku… oke, oke…aku akui memang anusku sudah tak perwan lagi, tapi jangan langsung protes gitu, namanya juga kan bercerita, memang sebelum ini ada tiga orang yang dengan setia kalau aku lagi butuh untuk memuaskan aku, tapi entah kenapa yang paling masuk hatiku ya Cuma si faisal ini.
Faisal melenguh keenakan saat perlahan tapi pasti bibir anusku yang ketat diluar dan empuk hangat didalam mulai menyelimuti kontolnya itu sedangkan aku melenguh kesakitan namun aku paksakan karena aku tau kalau ini baru awalnya saja, kalau sudah terbenam semuanya pasti tak akan sakit lagi. Ketika benda keras panjang itu sudah masuk semuanya aku diam sejenak untuk menyesuaikan dengan liang anusku yang sensitif melebihi hati syahrini itu.
Faisal menggigit bibirnya sambil menatapku, hari ini ia mendapatkan sesuatu yang tak bakalan ia lupakan seumur hidupnya. Aku senang sekali melakukannya, andaikan aku dapat membawanya pulang kerumah, entah kenapa rasanya aku ingin memiliki cowok kampung ini selamanya.
Hidungnya yang mancung dengan mata tajam dipayungi alis tebal, bibir penuh sedikit tebal dibawah namun bergaris tegas semuanya itu dibingkai oleh wajah persegi yang jantan. Aku sudah tau kalau hari ini aku jatuh cinta, aku akan serahkan segalanya pada faisal.
Setelah aku mulai rileks, aku mulai menggerakan pantatku naik turun diatas faisal, mulutnya langsung ternganga, tak lama kemudian ia mulai mendesis dengan mata merem melek. Aku tersenyum jahil, ternyata faisal menyadari juga kalau aku bisa bikin enak. Semakin kencang aku memompa hingga kontolnya keluar masuk dalam liang anusku, namun aku tetap menjaga ritme agar jangan sampai kontol itu tercabut karena hanya akan merusak sensasi yang kami berdua rasakan. Biarpun sedikit sakit namun karena dengan penjiwaan serta perasaan, rasa sakit itu menjadi samar.
“fai, jilatin putingku dong..”
Kataku sambil merengkuh tubuh faisal. Ia tak menjawab, namun ia langsung menegakan tubuhnya dalam posisi duduk hingga mukanya sejajar dengan dadaku lalu ia mecucup putingku yang sudah mengeras dari tadi. Aku mendesis keenakan, ini benar benar sudah nikmat poll. Semoga saja faisal tak cepat klimaks.
Balai balai kayu ini bergoyang seiring gerakan tubuh kami berdua, faisal sudah memberikan perlawanan yang aku harapkan. Dengan agresif ia menjilati putingku, naik ke leher, turun ke dada, malah ia juga membuat tanda di leherku, mungkin ia tak tau kalau menghisap leher terlalu kuat akan menimbulkan bekas merah yang indah. aku menggoyangkan pantatku diatas pinggul faisal yang masih berbaring, mungkin luna maya saja kalah heboh goyangannya saat sedang memuaskan ariel.
Sesaat tubuh faisal mengejang. Dengan sigap aku mengatur goyangan agar lebih teratur, sepertinya faisal sudah mau nembak, bemnar saja… faisal menekan kuat kuat hingga bulu jembutnya benar benar menempel dianusku seolah aku sedang duduk diatas permadani persia. Aku merasakan semburan halus dalan rongga anusku seolah ada pistol air yang menembak dalam dindingnya. Sepersekian detik kemudian faisal langsung lemas. Aku mencabut perlahan kontolnya dari anusku hingga terdengar bunyi mirip tutup mcdonald dibuka. Sperma yang kental meleleh mengalir dari lubang anusku yang terbuka. Untung saja aku sudah membersihkan seluruh isi perutku tadi pagi, jadi aku tak perlu merasa malu ada yang terseret keluar dan tertinggal dikontol faisal, kontolnya sama bersihnya dengan masuk vagina.
Kami berbaring bersama dengan tubuh yang masih bugil serta nafas yang naik turun. Aku memeluk faisal dengan pnuh sayang, ia menciumi keningku yang basah dengan keringat.
“kamu puas sayang..?”
Tanyaku dengan manja, aku senang sekali saat faisal mengangguk sambil tersenyum manis.
“kita pacaran saja ya..”
Lagi lagi ia mengangguk menentramkan batinku. Aku mencium bibir faisal dengan liar dan ia membalasnya sebatas yang ia tau. Aku akan banyak mengajarinya nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar